Sabtu, Agustus 28, 2010

sabtu sore

keranda berkerudung kain
warna hijau berhiaskan rangkaian bunga melati itu
mulai diangkat oleh 4 orang berwajah muram.

sabtu sore,kala itu
matahari seperti enggan bemesra dengan alam
malas-malasan dia memancar
menambah suram guratan wajah para pelayat/

saidah anak perempuannya masih terpasung
menatap tajam keranda yang berisikan mayat bapaknya
pipinya basah, bukan karena air mata
tapi karena gerimis yang mulai jatuh perlahan
semuanya seperti adegan lambat sebuah sinetron picisan

dada gadis berkerudung itu kini mulai lega,tak ada sesak lagi
bapaknya yang juga ayah kandung dari bayi dalam perutnya ....
kini telah pergi.

tanpa senyum ,tanpa permintaan maaf ...
yang tersisa hanya percikan darah kering
diseprei bau busuk dikamar yang menyerupai kandang sapi.

sementara ibunya yang mucikari sejak kemarin sudah tak terlihat
wanita berbadan gembul itu memilih pergi tanpa berpaling...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Di tengah lorong itu ku cari mengamati tiap sudut
Arah mata memandang. Kemanakah gerangan sampai suatu ketika, ia muncul disana
Tersenyum penuh makna, terdiam sunyi.
Seakan setiap gerakan bak terhenti.

Sejenak terbersit tuk mencuri citra
Yang tersisa dalam waktu
Hanya tuk jd kenangan..

Tiap detik perjalanan itu